Crown Disease dan Crown Fracture, Permasalahan Tajuk Kelapa Sawit Yang Kerap Terjadi

Pengelolaan perkebunan kelapa sawit dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan tantangan, yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit, permasalahan yang umum terjadi adalah defisiensi hara, serangan hama dan penyakit, serta pertumbuhan tanaman yang tidak normal.

Salah satu permasalahan yang sering dijumpai di perkebunan kelapa sawit adalah terjadinya kasus crown fracture dan crown disease. Kedua permasalahan tersebut menyebabkan pertumbuhan tidak normal pada bagian tajuk atau mahkota kelapa sawit.

Kerap dianggap sama karena memiliki nama yang hampir serupa, ternyata kasus crown fracture maupun crown disease memiliki bentuk gejala yang berbeda, penyebab kejadian yang berbeda, bahkan upaya perbaikan yang berbeda.

Secara usia tanaman crown disease terjadi pada fase tanaman belum menghasilkan atau tanaman muda, kasus crown disease menyebabkan bagian tajuk tanaman menjadi tumbuh tidak lurus keatas, melainkan membentuk melingkar atau berbengkok ke samping. Crown Disease merupakan gejala pertumbuhan abnormal yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyerapan unsur nitrogen yang terlalu tinggi, dan faktor defisit air tanah, selain itu pada beberapa kasus gejala crown disease disebabkan oleh bawaan genetik tanaman.

Pada kasus crown disease hal pertama yang  harus dilakukan adalah melakukan koreksi dosis pemupukan, karena salah satu penyebab utamanya adalah ketidak seimbangan hara dan dosis hara nitrogen yang tinggi, selain itu juga harus dilakukan water management yang baik untuk dapat memenuhi kebutuhan air tanah pada tanaman, terkhusus pada tanaman muda yang masih memerlukan ketersediaan air yang cukup tinggi. Kejadian crown disease dalam waktu lama akan dapat menyebabkan ketidak normalan pertumbuhan hingga fase tanaman menghasilkan, bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.

Sementara kasus crown fracture adalah kejadiah patah atau rebahnya bagian tajuk tanaman kelapa sawit yang terjadi pada fase tanaman menghasilkan, penyebab crown faktor dipengaruhi besar oleh history water defisit yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya, dapat juga disebabkan oleh adanya serangan hama oryctes yang menggerek bagian tajuk kelapa sawit.

Pada kasus crown fracture Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemangkasan pada tajuk yang patah, sehingga memberi ruang untuk pertumbuhan tajuk baru, serta diikuti dengan pengaplikasian fungisida pada bagian tajuk yang telah dipangkas untuk mencegah terjadinya serangan patogen pada bagian yang dipangkas.

Upaya perbaikan pada pertumbuhan tanaman yang tidak normal penting untuk dilakukan, pembiaran pada kasus crown disease dan crown fracture akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal dan akan berdampak kepada penurunan produktivitas tanaman dalam menghasilkan tandan buah kelapa sawit.

Sulung Research Station menyediakan bebagai jasa dan layanan konsultasi agronomi, pengendalian hama penyakit terpadu, rekomendasi pemupukan, dan berbagai jasa lainnya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Share