Kondisi perubahan iklim terjadi pada dua dekade terakhir hampir diseluruh belahan dunia, begitu juga yang terjadi Indonesia, salah satu sektor yang cukup terdampak dari perubahan iklim dunia adalah pada sektor pertanian termasuk didalamnya sektor perkebunan kelapa sawit. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya kekeringan akibat musim kemarau yang cukup panjang. Selain itu posisi geografis Indonesia yang berada di katulistiwa menyebabkan Indonesia berpotensi terdampak fenomena El Nino yang menyebabkan musim kemarau ekstrem.
Musim kemarau berpotensi menyebabkan cekaman kekeringan yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi, bahkan pada musim kemarau panjang tahun 1997 menyebabkan penurunan produksi kelapa sawit hingga 60%. Dampak cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman tergantung pada tingkat dan lamanya kekeringan berlangsung, sifat fisik tanah serta tindakan penanggulangan yang telah dilakukan. Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe perakaran dangkal sehingga umumnya tidak toleran terhadap cekaman kekeringan, sehingga akan sangat membatasi pertumbuhan dan produksi.
Dampak kekeringan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit mulai terjadi bila defisit air mencapai 200 mm. Dampak yang ditimbulkan beragam, seperti munculnya daun tombak dan terjadinya patah pelepah. Permasalah pertumbuhan tersebut akan berdampak terhadap produksi buah kelapa sawit.
Dampak kekeringan terhadap penurunan produksi mulai terjadi bila telah terdapat defisit air, terpanjang tidak hujan (dry spell) >20 hari, ataupun bulan kering (curah hujan <60 mm) lebih dari 3 bulan/tahun. Pengaruh kekeringan terhadap produksi umumnya terjadi pada komponen produksi seperti pembentukan bunga, aborsi bunga, kegagalan tandan, proses pematangan, dan kualitas tandan serta produksi tandan buah segar (TBS).
Selain berdampak kepada tanaman kelapa sawit baik pertumbuhan maupun produktivitas tanaman, cekaman kekeringan juga berdampak terhadap lingkungan dan areal perkebunan kelapa sawit seperti mengakibatkan retaknya permukaan tanah terutama tanah-tanah dengan kandungan liat yang tinggi, keretakan permukaan tanah akan memberikan dampak terhadap akar tersier dan kuarter. Selain itu, cekaman kekeringan juga berpotensi menyebabkan teroksidasinya pirit pada areal tanah sulfat masam.
Permasalahan cekaman kekeringan harus ditangani secara sistematis dengan melakukan management pengairan (water management) yang tepat sehingga kebutuhan air didalam areal kebun tetap bisa terpenuhi walaupun terjadi kemarau, selain itu juga perlu dilakukan praktik-praktik budidaya yang dapat mendukung kesehatan tanaman selama musim kemarau.
Sulung Research Station sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., Citra Borneo Indah Group menyediakan berbagai layanan konsultasi agronomi, rekomendasi pemupukan, penanganan masalah perkebunan, dan berbagai jasa lainnya untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.