Hubungan kedalaman Pirit terhadap Tanaman Kelapa Sawit pada saat Cekaman Kekeringan

Penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit pada lahan sulfat masam dengan jenis tanah Typic Sulfaquepts dan Sulfic Endoaquepts yang berada di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kedalaman pirit terhadap tanaman kelapa sawit pada saat cekaman kekeringan. Penelitian dilaksanakan dengan metode kuantitatif terhadap parameter iklim, kondisi tanaman, kedalaman pirit, dan status hara tanah pada areal seluas 300 Ha. Kondisi kekeringan selama 4 bulan dengan hari terpanjang tidak hujan (dry spell) selama 2 bulan berturut-turut pada 2015, mengakibatkan defisit air sebesar 411 mm. Rata-rata pupus yang tidak membuka lebih dari empat, pupus patah, daun mengalami kekeringan, serta pelepah patah. pH tanah sangat masam (2,9-3,4) dengan konsentrasi hara K, Ca, dan Mg rendah sampai sangat rendah akibat oksidasi pirit. Pada tanah dengan kedalaman pirit 40-60 cm, rata-rata pohon kering dan tumbang mencapai 4,5 pohon per hektar. Sedangkan pada kedalaman pirit 60-100 cm, 100-150 cm, 150-200 cm rata-rata pohon kering dan tumbang berturut-turut mencapai 2,5; 2,7; 0,7 pohon per hektar. Pada saat cekaman kekeringan, kedalaman pirit berkorelasi nyata dengan kondisi tanaman dan jumlah pohon kering dan tumbang.

Share