Semakin berkembangnya sektor usaha pengolahan buah kelapa sawit maka tidak dapat dipungkiri semakin bertambah juga potensi limbah yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit sebagian besar berupa limbah organik baik berupa limbah cair maupun limbah padat.
Limbah organik cair berupa Palm Oil Mills Effluent (POME) jika tidak diolah dengan baik berpotensi dapat mencemari perairan. Oleh sebab itu, saat ini telah dilakukan pengawasan yang ketat dalam regulasi dan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit sehingga limbah tidak berpotensi untuk mencemari lingkungan. Bahkan saat ini limbah cair kelapa sawit telah diolah lebih lanjut untuk dapat diaplikasikan kembali ke areal perkebunan, serta dikembangkan dan diproses lebih lanjut menjadi energi biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik.
Sementara limbah organik padat yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit seperti janjang kosong, bungkil, fiber, kernel, abu boiler, solid dan sumber biomassa lainnya biasanya dimanfaatkan kembali dalam industri perkebunan kelapa sawit seperti bungkil yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, fiber dan kernel yang biasanya diolah lebih lanjut di pabrik kelapa sawit sebagai bahan bakar boiler, dan janjang kosong, abu boiler dan solid yang diaplikasikan di areal perkebunan.
Salah satu limbah organik padat yang cukup banyak dihasilkan dari pabrik kelapa sawit adalah abu boiler. Abu boiler merupakan limbah hasil pembakaran tandan kosong kelapa sawit, fiber, dan cangkang buah dengan suhu yang sangat tinggi yaitu 800o-900o C, hasil peleitian Astianto (2012) menyampaikan bahwa abu boiler memiliki kandungan Nitrogen (0,74%), K2O (2,07%), P2O5 (0,84%), dan Mg (0,62%).
Umumnya abu boiler diaplikasikan secara langsung ke areal perkebunan kelapa sawit, akan tetapi kandungan hara yang terkandung di dalam abu boiler terhitung cukup rendah, hal ini juga disebabkan oleh proses pembakaran dalam suhu sangat tinggi sebelum terbentuknya abu boiler.
Dari analisis yang dilakuan oleh Sulung Research Station diketahui abu boiler bersifat basa dan cocok untuk jenis tanah masam karena memiliki tingkat kejenuhan basa yang tinggi, serta dapat digunakan menjadi pembenah tanah sehingga struktur tanah dapat diperbaiki, secara sifat fisik abu boiler memiliki pori makro yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme, dan sesuai sebagi carier atau media pembawa mikroorganisme.
Sulung Research Station melakukan pengembangan produksi pupuk organik hayati dengan memanfaatkan abu boiler sebagai bahan dasar pupuk ini, selain itu juga menggunakan limbah organik padat lainnya seperti janjang kosong, solid, hijauan dan kotoran ternak sebagai sumber bahan organik lainnya, selain itu juga diperkaya dengan formulasi konsorsium beberapa mikroorganisme menguntungkan seperti mikoriza yang mampu meningkatkan daya serap akar, bakteri penambat nitrogen,dan mikroorganisme pelarut fosfat untuk meningkatkan ketersediaan hara nutrisi bagi tanaman kelapa sawit.
Dengan penambahan bahan organik lainnya dan formulasi konsorsium mikroba fungsional dapat memperkaya kandungan hara yang terdapat didalam abu boiler. Limbah organik abu boiler yang sebelumnya diaplikasikan langsung pada areal perkebunan hanya mengandung hara yang rendah dengan pengolahan lebih lanjut menjadi pupuk organik membuat nilai hara dan manfaat dari pengaplikasian abu boiler menjadi lebih tinggi.
Sulung Research Station sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, Citra Borneo Indah Group menyediakan berbagai layanan dan jasa berupa jasa konsultasi agronomi, pendampingan agronomi, pengendalian hama penyakit terpadu, rekomendasi pemupukan, dan jasa laboratorium analisis bagi seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.