Mengenal Kumbang Atlas (Chalcosoma atlas) pada Perkebunan Kelapa Sawit

Chalcosoma atlas atau sering disebut dengan Kumbang Atlas adalah spesies kumbang asli Asia Tenggara. C. atlas termasuk dalam keluarga (family) Scarabaeidae dan salah satu kumbang berukuran besar. Kumbang ini memiliki bentuk tubuh yang sangat khas, yaitu pada bagian kepalanya terdapat tiga tanduk yang cukup panjang dan mampu mengangkat beban hingga 850 kali berat badannya. Ciri khas tanduk tersebut dimiliki oleh kumbang Jantan (60-110 mm) yang memiliki ukuran tubuh dua kali lebih besar daripada kumbang betina (45-60 mm). Fakta menarik tersebutlah yang menjadi salah satu dasar penamaan dari kumbang ini menggunakan kata “atlas” yang merupakan dewa kepercayaan Yunani kuno yang mampu menopang bumi di pundaknya.

Meskipun fakta dan bentuk tubuh kumbang atlas sangat menarik dan unik, namun ternyata keberadaan serangga ini di perkebunan kelapa sawit digolongkan bersifat sebagai hama. C. atlas termasuk hama minor dan banyak terjadi pada tanaman muda, hal ini diduga karena C. atlas lebih tertarik dengan pelepah muda yang masih memiliki kandungan air yang tinggi dan tidak keras. Gejala serangan kumbang ini akan menyebabkan patah pelepah muda, karena aktivitas yang dilakukan berupa aktif menggerek pelepah hingga ke bagian tengah, gejala ini sangat berbeda dengan Oryctes rhinoceros atau kumbang badak yang menunjukan gejala serangan berupa daun pelepah yang membuka terlihat berbentuk “V” akibat dari potongan yang disebabkan saat daun masih melipat.

C. atlas selama hidupnya melewati beberapa fase (metamorphosis sempurna), yaitu mulai dari telur hingga dewasa (kumbang). Larva C. atlas banyak ditemui pada batang tanaman yang sudah terurai atau pada lubang dan sela batang. Sehingga fase larva dari serangga ini dapat berperan sebagai agens pengurai bahan organik. Imago
C. atlas akan meletakan telurnya pada lubang atau bekas gerekan batang sehingga larva akan tumbuh di dalam lubang untuk memakan jaringan batang tersebut.

Pengendalian populasi C. atlas dilakukan dengan cara sensus dan pengamatan secara seksama pada batang tanaman untuk selanjutnya dilakukan tindakan sanitasi dan dan pengutipan. Tindakan pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan pengaplikasian agensia hayati berupa jamur Metharizium di sekitar bahan organik sebagai tindakan preventif (pencegahan) berkembangnya larva C. atlas menjadi imago. Selain itu, cara pengendalian lainnya yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan musuh alami serangga ini seperti Megascolia procer atau yang lebih dikenal sebagi Tawon. M. procer bersifat parasit terhadap larva C. atlas. Tawon tersebut akan menyengat larva C. atlas dan menjadikannya sebagai inang tempat berkembangnya telur yang akan menyebabkan kematian larva C. atlas.

Pada akhirnya, meskipun C. atlas termasuk kategori hama minor pada perkebunan kelapa sawit, para praktisi harus tetap waspada dengan keberadaanya. Sulung Research Station sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, Citra Borneo Indah Group menyediakan berbagai layanan konsultasi agronomi, penyelesaian masalah perkebunan, rekomendasi pengendalian hama penyakit terpadu, dan berbagai layanan lainnya untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Share