Industri kelapa sawit menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pengembangan industri kelapa sawit semakin pesat dalam dua dekade terakhir, hal ini terbukti dengan posisi Indonesia saat ini sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa industri perkebunan kelapa sawit dihadapkan dengan berbagai permasalahan pada beberapa dekade terakhir diantaranya, ekspansi lahan terbatas, ekspansi pada tanah suboptimal (pasir, gambut, sulfat masam), perubahan iklim, dan kualitas tandan rendah.
Dalam satu dekade terakhir terjadi permasalahan yang cukup serius pada industri perkebunan kelapa sawit yaitu rendahnya efisiensi penyerbukan kelapa sawit, sehingga mengakibatkan penurunan berat tandan dan kualitas fruit set. Fruit set adalah perbandingan atau rasio buah yang berkembang karena terjadi penyerbukan dalam satu tandan buah kelapa sawit. Nilai fruit set erat kaitannya dengan kandungan minyak yang dapat diperoleh dalam satu tandan buah kelapa sawit karena buah yang berkembang akan membentuk daging buah (mesocarp) yang mengandung minyak. Oleh karena itu penting untuk praktisi perkebunan kelapa sawit untuk dapat menghasilkan buah kelapa sawit yang memiliki nilai fruit set tinggi.
Penurunan fruit set tentu menjadi masalah yang cukup serius dalam industri perkebunan kelapa sawit. Penurunan fruit set dialami dibeberapa perkebunan Indonesia, di antaranya wilayah Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Riau dan Kalimantan Tengah, bahkan terjadi juga di perkebunan kelapa sawit Malaysia (Purba et al., 2014; Lubis et al, 2014)
Permasalahan fruit set erat kaitannya dengan keberhasilan proses penyerbukan pada bunga kelapa sawit. Proses penyerbukan yang baik akan menghasilkan buah dengan fruit set tinggi. Diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan efisiensi penyerbukan diantaranya populasi serangga penyerbuk dan ketersediaan bunga kelapa sawit.
Pada penelitian yang dilakukan Sulung Research Station untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerbukan kelapa sawit dilakukan pengamatan terhadap iklim, jenis tanah, genetik tanaman, ketersediaan bunga jantan kelapa sawit, populasi serangga penyerbuk dan musuh alami. Dari faktor yang diamati ketahui faktor ketersediaan bunga jantan berkorelasi nyata dengan populasi serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus, selain itu tingkat kualitas dan kuantitas serta emisi senyawa volatil yang di keluarkan oleh bunga kelapa sawit juga berdampak terhadap daya tarik dan interaksi serangga penyerbuk E. kamerunicus terhadap bunga kelapa sawit.
Permasalahan penyerbukan harus menjadi perhatian bagi pelaku industri perkebunan kelapa sawit, karena hal ini akan berdampak terhadap nilai fruit set yang dapat dihasilkan dalam produksi buah kelap sawit. Pada akhirnya, hal ini tentu berpengaruh terhadap kuantitas minyak yang dapat dihasilkan.
Sulung Research Station sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., Citra Borneo Indah Group menyediakan berbagai layanan konsultasi agronomi, rekomendasi pemupukan, penanganan masalah perkebunan, dan berbagai jasa lainnya untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.