Tyto alba Predator Hama Tikus Kelapa Sawit

Tyto alba – Keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit ditentukan oleh beberapa aspek baik pengelolaan yang benar dan cara penerapan manajemen yang baik, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan (iklim, tanah dan tofografi), bahan tanam, tindakan  kultur teknis dan faktor pendukung lainya. Dengan pengelolaan yang benar penerapan manajemen serta keadaan lahan yang sangat mendukung maka akan memperoleh hasil yang maksimal.

Namun di samping itu, ada masalah yang tidak dapat dihindari yaitu berkaitan dengan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya hama. Hama adalah hewan yang keberadaanya atau aktifitasnya mengganggu atau merusak tanaman budidaya sehingga dapat mengganggu pertumbuhan maupun perkembangan tanaman. Ada banyak hama yang tergolong hama utama pada perkebunan kelapa sawit, salah satu nya adalah tikus.

Tikus dalam perkebunan kelapa sawit bersembunyi di tempat tertutup atau ternaungi dari cahaya seperti tumpukan pelepah, lubang dalam tanah, hutan, dan semak-semak. Bentuk serangan/kerusakan yang dilakukan oleh tikus beragam mulai dari pembibitan, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), dan Tanaman Menghasilkan (TM).  Tikus merupakan hama penting di perkebunan kelapa sawit karena habitatnya mudah hidup di mana saja dan populasinya sangat banyak sehingga hama ini sangat sulit untuk dikendalikan.

Untuk menghindari terjadinya kerusakan tanaman kelapa sawit dan penurunan produksi diperlukan strategi pengendalian yang mengacu ada prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) baik itu menggunakan cara mekanis, kimiawi, perburuan atau biologis dengan musuh alami. Di dalam perkebunan PT SSMS Tbk. salah satu usaha pengendalian hama tikus yang dilakukan adalah dengan cara menggunakan musuh alami dengan Tyto Alba.

Tyto Alba atau yang lebih dikenal dengan nama burung hantu merupakan burung pemangsa yang berburu hewan lain untuk makanannya. Burung hantu dapat beradaptasi dengan baik, mempunyai kemampuan visual yang luar biasa, pendengaran yang tajam, kemampuan terbang dengan senyap, mempunyai cakar dan paruh burung yang kuat. Burung hantu dapat bertelur 2-3 kali setahun, sekali bertelur 5 – 8 butir.

Burung hantu Tyto alba merupakan salah satu predator yang potensial karena spesies ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan spesies lain yaitu ukuran tubuh yang relatif lebih besar, memiliki kemampuan membunuh dan memangsa tikus cukup baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat berkembang biak.

Pemanfaatan burung hantu dapat membantu menekan hama tikus yang menjadi hama utama dalam perkebunan kelapa sawit, kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tikus adalah pelepah sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada tanaman yang menghasilkan.

Predator alami tikus yaitu Burung Hantu Tyto Alba mampu mendeteksi  mangsa dari jarak jauh. Burung ini pun mampu terbang cepat dengan sunyi sehingga mangsanya bisa saja tidak tahu apa yang menerkamnya. Kemampuan jelajahnya tergolong cukup jauh, dengan kawasan berburu mencapai 12 km. Memiliki jarak pendengaran 500 m untuk menangkap mangsanya.

Kemampuannya untuk mendeteksi mangsa dari jarak jauh dan kemampuannya menyergap dengan cepat tanpa suara serta sifatnya sebagai hewan nocturnal (mencari makan di malam hari) membuatnya menjadi predator ideal untuk tikus-tikus.

Selanjutnya yang harus diperhatikan untuk burung hantu adalah penyediaan sangkar karena burung hantu tidak membuat sarang sendiri seperti burung berkicau, biasanya menggunakan sarang yang sudah ada atau mengambil alih sarang yang ditinggalkan.

Untuk memudahkan pemeliharaan dan pengontrolan terhadap burung hantu, maka diperlukan sebuah tempat penangkaran maupun gupon lapangan untuk mendukung hal tersebut. Tempat penangkaran berfungsi sebagai tempat pemeliharaan mulai dari telur hingga burung hantu dewasa yang siap dipindahkan ke gupon lapangan. Sedangkan gupon lapangan berfungsi sebagai tempat tinggal burung hantu yang telah dilepas kedalam lapangan atau areal blok perkebunan kelapa sawit.

Dengan melakukan teknik pemeliharaan burung hantu Tyto alba secara baik dan benar maka akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengendalian hama tikus di perkebunan kelapa sawit.