Tercucinya Unsur Hara Pada Pupuk di Tanah

Salah satu kendala tidak efektifnya pengaplikasian pupuk pada tanaman adalah faktor terjadinya run off dan juga tercuci (leaching). Secara umum leaching atau pencucian hara didefinisikan sebagai proses hilangnya kandungan hara kimia pada pupuk anorganik yang diaplikasikan ke tanah yang disebabkan terbawa melalui pergerakan air tanah dari lapisan atas ke bawah sampai pada kedalaman tertentu pada profil tanah.

Proses pencucian hara dipengaruhi oleh berbagai hal seperti sifat fisik dan kimia tanah, jenis pupuk dan bahan penyusunnya, curah hujan, kondisi tanaman dan vegetasi sekitar, kegiatan konservasi lahan dan air, serta faktor iklim.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tim Laboratorium Pupuk Hayati Sulung Research Station diketahui bahwa kehilangan unsur hara akibat tercuci pada tanaman usia dewasa di areal marginal adalah 3% pada unsur Nitrogen, 1,5% pada unsur Fosfor (P), 2,9% pada unsur Kalium (K),15,5% pada unsur Magnesium (Mg) dan 15% pada unsur Boron (B). Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Rahutomo dan Ginting (2019), menunjukan bahwa pencucian Mg berlangsung lebih intensif sehingga residu hara dari pemupukan Mg lebih rendah dibanding residu hara dari pemupukan N, P dan K.

Pencucian unsur hara pada pupuk karena faktor iklim dan cuaca tidak dapat dihindari, tetapi praktisi perkebunan kelapa sawit dapat melakukan beberapa upaya untuk memperkecil resiko tercucinya hara seperti pemberian bahan organik agar dapat lebih mengikat unsur hara di tanah, penerapan konservasi lahan seperti pembuatan gawangan, penanaman cover crop, serta pembuatan tapak kuda untuk menahan laju air permukaan sehingga pupuk tidak mudah terlarut dan tercuci.

Sulung Research Station menyediakan layanan konsultasi dan pendampingan agronomi, pengendalian hama penyakit terpadu, penyusunan rekomendasi pemupukan, hingga jasa laboratorium untuk dapat meningkatkan produktifitas perkebunan kelapa sawit untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Share