Tanaman kelapa sawit sebagai tanaman komoditas perkebunan yang berproduksi sepanjang tahun tentu harus didukung dengan penyediaan nutrisi yang cukup agar tanaman dapat terus berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Peran pupuk dalam memenuhi kebutuhan nutrisi menjadi sangat penting dalam mendukung produktivitas tanaman kelapa sawit yang optimal, karena tanaman kelapa sawit tidak cukup hanya mengandalkan nutrisi hara yang tersedia secara alami dari alam.
Pupuk yang diberikan pada tanah harus berdasarkan pada kebutuhan tanaman dan karakteristik wilayah lahan tersebut dengan tujuan untuk memberikan dosis hara yang sesuai dengan kondisi tanah dan tanaman (Yurlianus, 2005). Unsur hara yang dibutuhkan tanaman terdiri atas unsur hara mikro dan makro. Tanaman membutuhkan unsur hara makro dalam jumlah yang besar karena peran unsur tersebut yang juga fundamental dalam berbagai aktifitas motabolisme, pertumbuhan, dan produktivitas tanaman.
Salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman adalah unsur hara Magnesium (Mg). Hara Mg berperan dalam mengatur serapan unsur hara lain seperti dapat menambah ketersediaan usur Fosfor (P) yang dimana unsur ini berperan dalam pembentukan ATP, ATP ini yang digunakan sebagai sumber energi dalam asismilasi karbondioksida menjadi gula selama fotosintesis, singkatnya unsur Mg memiliki peran penting dalam membantu proses fotosintesis. Selain itu juga diketahuin bahwa unsur hara Mg dalam tanah berasosiasi dengan unsur Fosfor untuk pembentukan senyawa fosfolid yang berfungsi dalam mendukung produksi minyak kelapa sawit (Martana dan Mashud, 2015).
Meskipun, unsur Mg berperan cukup besar dalam pertumbuhan kelapa sawit, namun jumlah unsur tersebut harus seimbang sesuai kebutuhan tanaman. Kelebihan atau kekurangan unsur tersebut akan berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit.
Kekurangan unsur Mg atau biasa disebut dengan defisiensi Mg pada tanaman kelapa sawit akan ditandai dengan menguningnya lembaran daun ketika terkena sinar matahari, jika kondisi tersebut tidak cepat ditangani, maka warna daun akan berubah menjadi coklat dan mengering dan hal ini akan berdampak pada produksi kelapa sawit.
Penyebab terjadinya defisiensi Mg pada tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh ketersediaan hara Mg yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan antara Mg dengan nutrisi lainnya yaitu K, NH4, dan Ca (Sugiyono, 2005 dalam Ginting et al., 2013). Penyebab lain dari defisiensi Mg dapat sebabkan oleh kandungan tanah berkapur (Ca) dan K yang tinggi, pemberian dosis dan cara aplikasi pemupukan yang kurang sesuai, serta tingginya curah hujan, karena senyawa Mg bersifat mudah tercuci.
Dalam menangani permasalahan defisiensi Mg terutama pada tanaman kelapa sawit, Sulung Research Station telah melakukan penangan khusus seperti penambahan bahan organik pada tanah mineral dangkal, berpasir, dan tanah dengan erosi tinggi, pengaplikasian 300kg janjang kosong/tanaman di piringan, melakukan konservasi lereng dengan rorak atau penyusunan pelepah, pemberian pupuk ekstra kieserit dengan dosis 1-2kg/tanaman, dan pemberian pupuk urea 1kg/tanaman, serta aplikasi koreksi dosis pupuk diberi jarak minimal 1 bulan dari pupuk yang mengandung hara K dan Ca (menghindari antagonisme K/Mg/Ca).