Tanah merupakan media tanam yang sangat dibutuhkan tanaman, ketersediaan unsur hara dalam tanah menjadi faktor pendukung dalam pemenuhan nutrisi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada komoditas kelapa sait. terdapat komponen-komponen yang mendukung ketersediaan hara pada tanah diantaranya organisme, mikroorganisme, bahan organik dan ketersediaan air tanah. Meskipun demikian, dalam proses penanaman perlu dilakukan penyesuaian lahan yang sesuai dengan komoditas yang akan di tanam.
Dekade terakhir ini, banyak para pelaku usaha melakukan pengembangan komoditas kelapa sawit di areal lahan marginal, mengingat jumlah lahan yang terbatas. Salah satu lahan marginal yang cukup berpotensi untuk dikelolah sebagai lahan perkebunan ialah lahan sulfat masam.
Lahan sulfat masam merupakan tanah yang mengandung pirit dan dikenal sebagai lapisan tanah mineral sulfida berupa pirit (FeS2) atau iron monosulfide (FeS). Kandungan tersebut disebabkan oleh tanah yang mengalami oksidasi akibat rendahnya ketersediaan air tanah, hal tersebut akan berdampak pada penurunan pH dan tanah menjadi masam (Gomes et al., 2016; Santoso dan Susanto, 2020). Ketika pH tanah tersebut rendah akan berdampak pada perkembangan mikroorganisme tanah yang rendah pula dan ketersediaan bahan organik menjadi berkurang. Hal tersebut akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman kelapa sait dan berpengaruh pada hasil produksi.
Karakteristik dari tanah sulfat masam sendiri dapat di identifikasi dengan terjadinya oksidasi pirit, tanah tersebut akan membentuk mineral jarosit berupa bercak-bercak berwarna kuning jerami. Jika dilihat dari segi kemasaman tanah (pH rendah), apabila kondisi tersebut tidak segera ditindaklanjuti maka akan terjadi peningkatan kelarutan Fe, Al, dan Mn yang bersifat toksik bagi tanaman dan menurunkan kandungan hara berupa Mg, Ca dan K. Selain itu, umumnya tanah sulfat masam memiliki salinitas yang cukup tinggi akibat instrusi air laut sehingga kadar garam dan konduktivitas elektrik pada tanah sulfat masam menjadi tinggi. Pada kondisi tersebut tanaman kelapa sawit akan mengalami pertumbuhan abnormal.
Sulung Research Station (SRS) sebagai lembaga penelitian miliki PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk., selalu memberikan rekomendasi berupa tindakan untuk melakukan pengelolaan lahan sulfat masam di areal sawit yang di usahakan. Bentuk tindakan rekomendasi yang dilakukan oleh SRS diantaranya pengaturan drainase dan tata air (water management) yang merupakan kunci utama dalam pengelolaan lahan sulfat masam, selanjutnya pengaturan drainase dan tata air dengan cara mempertahankan permukaan air tanah pada kedalaman 60-75 cm, mencegah terjadinya over drain, genangan air dari hasil oksidasi pirit dan luapan air pasang, tindakan yang terakhir berupa konservasi tanah dengan dilakukannya pembuatan ‘’Zeeper’’.
Upaya pengelolaan di areal lahan sulfat masam penting dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan menjaga keberlangsungan usaha perkebunanan kelapa sawit milik PT. SSMS dalam jangka waktu yang panjang.