Pengaruh Ketidakseimbangan Hara K, Ca, Mg Pada Tanaman

Gejala kekurangan hara K dan Mg pada tanaman kelapa sawit sering dijumpai di lapangan, terutama sebagai akibat kandungan hara K dan Mg didalam tanah yang rendah sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Defisiensi K pada kelapa sawit umumnya ditunjukkan dengan gejala bercak-bercak kuning (Confluent Orange Spotting), sedangkan defisiensi hara Mg ditunjukkan oleh gejala helai daun berwarna kuning dan tulang daun tetap hijau (Orange Frond). Hara K dan Mg ini bersifat mobile, sehingga gejala defisiensi kedua hara tersebut terjadi pada daun kelapa sawit bagian bawah (Pada daun tua).

Hara Kalium (K), Calsium (Ca), dan Magnesium (Mg) merupakan hara makro yang banyak dikaji keseimbangannya. Hal ini disebabkan ketiga hara tersebut saling berinteraksi satu dengan lainnya di dalam tanah, dengan kata lain konsentrasi salah satu hara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan hara yang lainnya menjadi tertekan.  Kasno et.al., (2004) menyatakan bahwa ion Ca2+ dan Mg2+ dapat bersaing secara efektif dengan K di dalam kompleks jerapan tanah sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan K di dalam tanah. Sementara itu Loide (2004) mengungkapkan bahwa kelebihan Mg tertukarkan di dalam tanah yang tidak seimbang dengan Ca akan menyebabkan memburuknya karakteristik fisiologi akar dan menyebabkan menurunnya produksi tanaman.

Defisiensi K dan Mg ini selain disebabkan oleh kadar K dan Mg di dalam tanah yang rendah, juga disebabkan oleh hara K dan Mg di dalam tanah dan tanaman yang tidak berimbang. Hara K, Ca dan Mg merupakan kation bermuatan positif yang bersifat antagonistik satu sama lain. Kelebihan salah satu hara dari ketiga kation tersebut akan menekan ketersediaan dan penyerapan hara lainnya.

Keseimbangan hara K, Mg dan Ca dalam tanah merupakan hal penting untuk menjaga efektivitas penyerapan hara. Selain rasio dari masing-masing hara K, Ca, Mg yang dianggap seimbang di dalam tanah, jumlah kecukupan dari masing-masing hara juga perlu diperhatikan. Hal tersebut didasari pemikiran bahwa walaupun rasio dari hara K, Ca, Mg berada dalam kondisi yang seimbang, namun apabila jumlah dari masing-masing hara tersebut tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman maka rasio yang dianggap seimbang tersebut menjadi tidak berarti.

Menurut Corley dan Tingker (2003) menyamnpaikan bahwa keseimbang hara K/Ca/Mg tanah yang optimum untuk kelapa sawit sebesar 10/60/30. Kriteria status hara K, Ca dan Mg dapat dipertukarkan ini mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mendeteksi gejala kekurangan hara K atau Mg. Kriteria hara tanah ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jenis dan dosis pupuk yang lebih rasional, terutama untuk menciptakan status hara K, Ca dan Mg di dalam tanah pada kondisi cukup dan berimbang dalam rangka menghasilkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit yang lebih baik. Sebagai gambaran bahwa pemberian pupuk K atau Mg yang terlalu tinggi pada areal kelapa sawit yang mempunyai kandungan hara K atau Mg di dalam tanah yang tergolong cukup, akan mengganggu penyerapan hara lain seperti K, Mg dan Ca, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan produksi kelapa sawit yang rendah.

Sulung Research Station sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., Citra Borneo Indah Group menyediakan berbagai layanan konsultasi argonomi, rekomendasi pemupukan, penanganan masalah perkebunan, dan berbagai jasa lainnya untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Share