Tanaman kelapa sawit ditinjau dari kebutuhan airnya dapat tumbuh dengan baik pada lahan dengan curah hujan yang cukup, yaitu minimum 1.200 mm/tahun sampai 1.800 mm/tahun dengan penyebaran hujan bulanan yang merata sepanjang tahun. Penyebaran hujan merata dimaksud adalah tidak mengalami musim kemarau yang mencolok, yaitu sebaiknya tidak dijumpai bulan kering (CH <60 mm/bulan). Bulan kering dapat menyebabkan terjadi defisit air pada tanaman yang akan mengakibatkan tanaman dalam kondisi tercekaman kekeringan.
Cekaman air akan mengakibatkan perubahan fisiologi tanaman yang ditandai dengan adanya gejala patah pelepah. Selain itu, patah pelepah yang terjadi merupakan salah satu proses metabolisme tanaman untuk meminimalisasi penggunaan air, hal ini merupakan salah satu cara tanaman dalam beradaptasi terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan mampu meningkatkan proses transpirasi tanaman berlangsung lebih cepat sehingga kehilangan air pada tanaman semakin besar.
Apabila cekaman kekeringan berlanjut pada periode dimana ketersediaan air di tanah semakin rendah hal ini akan berdampak terhadap tekanan terhadap dinding sel (turgor) sehingga menyebabkan tertutupnya stomata. Penutupan stomata akan berpengaruh terhadap penyerapan CO2 dan menurunkan kemampuan evapotranspirasi pada sel-sel di daun dan pelepah kelapa sawit. Selain itu aktivitas sel yang terpengaruh akibat tekanan turgol sel akan menyebabkan aktivitas pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman menjadi terhambat.
Pada kasus patah pelepah kelapa sawit beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah memastikan water management di areal perkebunan berlangsung dengan baik, perbaikan kondisi tanaman dengan pemberian bahan organik, pemberian pupuk yang berimbang, melakukan pengendalian gulma secara selektif atau mempertahankan vegetasi area pada batasan tertentu, serta pemberian pupuk dengan hara kalium (K). Pengaplikasian hara kalium (K) diketahui dapat berperan dalam dalam reaksi biokimia, fisiologi dan aktivator berbagai enzim, menjaga tekanan osmotik dan turgor, berperan sebagai osmoregulator, mengatur bukaan stomata, mengatur potensial air, transport asimilat hasil fotosintesis, dan mengatur keseimbangan katio-anion, sehingga dapat memperbaiki kondisi sel yang tercekam pada kondisi patah pelepah kelapa sawit yang disebabkan oleh cekaman kekeringan.
Sulung Research Station menyediakan layanan konsultasi dan pendampingan agronomi, pengendalian hama penyakit terpadu, penyusunan rekomendasi pemupukan, hingga jasa laboratorium untuk dapat meningkatkan produktifitas perkebunan kelapa sawit untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.