Tanah merupakan media tanam yang sangat penting bagi komoditas tanaman budidaya, bukan hanya karena jumlah ketersediaan tanah yang digunakan hampir pada sebagian besar tanaman budidaya, tetapi tanah juga memiliki komponen yang lengkap dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Komponen yang terdapat dalam tanah yaitu tersedianya air tanah, bahan organik, nutrisi, organisme, mikroorganisme, dan bahkan komponen lain yang secara kompleks membentuk dan menyediakan berbagai kebutuhan untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman.
Salah satu komponen yang terdapat di dalam tanah adalah mikroorganisme, mikroorganisme adalah semua makhluk hidup yang memiliki ukuran sangat kecil atau ukuran mikron bahkan lebih kecil lagi, termasuk didalamnya bakteri, cendawan atau jamur, ganggang, hewan bersel satu, virus dan masih banyak lagi (Dwidjoseputro, 1990).
Keberadaan mikroorganisme di tanah memiliki sifat menguntungkan dan juga ada yang merugikan, beberapa jenis mikroorganisme bersifat sebagai patogen bagi tanaman, seperti jamur Ganoderma boninense yang menyebabkan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit, Rhizoctonia lamellifera penyebab Blast disease, dan masih banyak lagi.
Mikroorganisme yang keberdaannya memberikan manfaat bagi tanaman kelapa sawit, seperti Trichoderma sp., Metharizium sp., Beauveria bassiana, Cordyceps spp. yang dapat dimanfaatkan sebagai agensia hayati dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Seperti Trichoderma sp. dan Gliclodium sp. yang saat ini telah banyak dimanfaatkan sebagai agen antagonisme untuk mengendalikan pertumbuhan jamur Ganoderma boninense, Metharizium sp. sebagai pengendali hama Oryctes rhinoceros, Cordyceps yang dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama ulat api, serta banyak lagi mikroorganisme yang bermanfaat sebagai agensia hayati.
Selain berperan sebagai agensia hayati, mikroorganisme tanah juga banyak berperan dalam menyediakan dan mendukung kemampuan tanaman untuk memperoleh nutrisi yang cukup bagi tanaman, contohnya jamur perakaran atau Mikoriza yang keberadaannya pada perakaran tanaman dapat mendukung pertumbuhan dan daya serap akar, sehingga akar mampu memperoleh nutrisi lebih banyak. Selain itu, terdapat mikroorganisme yang membantu ketersediaan unsur hara bagi tanaman, seperti Pseudomonas sp. dan Aspergilus niger yang berperan dalam pelarut fosfat, Azotobacter sp. dan Rhizoboium yang berperan sebagai penambat nitrogen.
Mikroorganisme sebagai mahluk hidup memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya. Sama dengan mahluk hidup lain, mikroorganisme juga melakukan adaptasi dan penyesuaian dengan lingkungan tanah tempat mikroorganisme berada, sehingga masing-masing mikroorganisme dari setiap daerah atau areal memiliki ke-khasan tersendiri yang berbeda dengan mikroorganisme dari daerah atau areal lain (site specific).
Mikroorganisme yang bersifat site specific akan lebih sesuai untuk diaplikasikan pada areal perkebunan, karena mampu beradapatasi dengan lingkungan dan tanah tempat pengaplikasian, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik. Pengaplikasian mikroorganisme site specific akan lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan penggunaan mikroorganisme yang berasal dari daerah atau areal lain.
Saat ini, Sulung Research Station sudah memanfaatkan biofertilizer yang mengandung mikoorganisme fungsional untuk meningkatkan efisiensi penyerapan hara serta kesehatan tanah, dengan menformulasikan isolat lokal yang berasal dari tanah areal perkebunan kelapa sawit PT Sawit Sumbermas Saran Tbk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulung Research Station 2021 terkait pengaplikasian mikroorganisme site specific, menunjukkan hasil bahwa terjadi peningkatan secara signifikan pada mikroorganisme menguntungkan di areal perakaran tanaman kelapa sawit. Meningkatnya mikroorganisme tersebut akan berdampak pada ketersediaan bahan organik pada tanah. Selain itu, pengaplikasian biofertilizer juga menunjukkan terjadinya peningkatan kandungan hara makro dan mikro seperti N, K, Ca, Mg, Fe, C-organik dan KTK tanah.
Sulung Research Station juga turut berperan dalam menyediakan jasa pelatihan produksi pupuk biofertilizer dengan memanfaatkan mikroorganisme site specific disekitar areal perkebunan. Pelatihan yang diberikan berupa pemberian materi dan praktek langsung di lapangan dan laboratorium. Kemudian SRS juga memberikan jasa bimbingan teknis dan konsultasi pelaksanaan produksi pupuk biofertilizer, mulai dari pengambilan sampel, pembuatan starter hingga produksi di lapangan.