KELAPA SAWIT

Mewaspadai Serangan Hama Dengan Early Warning System

Tanaman kelapa sawit sebagaimana tanaman tahunan lainnya yang diusahakan secara  monokultur,  dan terus dikembangkan secara besar-besaran sebagai tanaman perkebunan akan menimbulkan masalah baru yakni tanaman sangat rawan terhadap serangan hama. Faktor lingkungan (iklim) yang sesuai serta ketersediaan makanan yang berkesinambungan dengan mutu yang baik merupakan faktor pendorong lajunya perkembangan populasi hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) menjadi eksplosif dan dapat merugikan secara ekonomis.

Hama UPDKS telah menimbulkan masalah yang berkepanjangan, eksplosif dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung pada penurunan produksi.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kehilangan produksi akibat serangan ulat api Setothosea asigna pada intensitas serangan berat (defoliasi hampir 100%) dapat mencapai 70% pada tahun pertama dan dapat menjadi 90% pada tahun kedua jika serangan berlanjut. Sementara itu, kehilangan daun 45%-95% akibat serangan Darna trima dapat menurunkan produksi 27%-60% pada tahun pertama setelah serangan.

Ulat api merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang paling sering menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit. Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna  diducta dan Darna bradleyi. Jenis yang jarang ditemukan adalah Thosea vestusa, Thosea bisura, Susica pallida dan Birthamula chara.

Sulung Research Station (SRS) sebagai lembaga penelitian PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. senantiasa melakukan sosialisasi kepada seluruh praktisi Perkebunan untuk melakukan Pemantauan Perkembangan populasi Hama Secara Dini atau Early Warning Sytem (EWS). Karena sebenarnya kejadian ledakan hama ulat api tidak terjadi secara tiba-tiba melainkan bisa diduga dengan sistem pengamatan yang rutin dan baik. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas.

Penerapan EWS dengan melakukan pengamatan rutin tersebut memang akan menyebabkan kenaikan biaya, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama tersebut).

Kegiatan pengendalian hama ulat pemakan daun secara dini dilakukan oleh team SRS yaitu dengan cara mendeteksi keberadaan hama, mengetahui kriteria atau batasan-batasan yang digunakan perlu tidaknya dilakukan suatu pengendalian, organisasi serta teknik-teknik pemantauan yang perlu dilakukan.

SRS juga senantiasa melakukan pendampingan dalam penerapan EWS di areal Perkebunan kelapa sawit dengan harapan seluruh praktisi dapat lebih peduli dengan kondisi areal masing-masing. Melakukan pemberdayaan dan edukasi terhadap pemanen mengenai system pengawasan dini sangat penting, hal ini dilakukan sebagai langkah deteksi awal. Sehingga jika ditemukan adanya serangan hama UPDKS di areal, mereka dapat melaporkan dengan segera dan keputusan langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Pada akhirnya dampak serta kerugian lebih besar dapat diminimalisir dengan diterapkannya Early Warning System.

Share