Mengenal Gulma Perkebunan Kelapa Sawit

Salah satu upaya peningkatan produksi kelapa sawit adalah dengan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dari organisme penggangu tanaman. Organisme pengganggu tanaman tidak hanya berupa jenis serangga seperti ulat api, oryctes, hingga hewan berukuran besar, namun dapat berupa tumbuhan. Tumbuhan dapat bersifat organisme pengganggu tanaman apabila keberadaanya dapat merugikan tanaman kelapa sawit.

Keberadaan gulma atau tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit yang keberadaannya tidak disengajakan tumbuh seperti jenis rumpu-rumputan, tanaman berbatang lunak, maupun berbatang kayu dapat mengganggu dari kualitas pertumbuhan maupun produktivitas tanaman kelapa sawit.

Gulma memberikan kerugian bagi tanaman kelapa sawit dikarenakan gulma dapat menjadi kompetitor dalam memperoleh hara nutrisi bagi tanaman kelapa sawit yang tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap ketersediaan hara yang dapat diserap tanaman kelapa sawit dalam menghasilkan produksi buah kelapa sawit, selain itu gulma relatif tumbuh dengan cepat sehingga dapat mengguasai ruang atau lahan dengan cepat. Hal ini tentu dapat menekan pertumbuhan perakaran kelapa sawit karena harus berkompetisi dengan pertumbuhan gulma, selain itu, beberapa jenis gulma mengandung enzim atau senyawa yang dapat menyebabkan keracunan atau kerusakan pada akar kelapa sawit.

Pada perkebunan kelapa sawit beberapa jenis gulma yang sering dijumpai seperti gulma rumput-rumputan, contohnya : Digitaria adscendens, Centotheca lappacea, Cyperus rotundus, Ageratum conyzoides, Asystasia intrusa, terdapat juga gulma jenis pakis-pakisan seperti : Cyclosorus aridus (Pakis Kawat), Ophioglossum reticulatum Linn (Jukut Siraru), Davalia trichomanoides (Pakis Panjat, Paku Areuy), Dicranopteris linearis (Pakis Kawat), Nephrolepis biserrata, Diplazium asperum (Pakis Kayu), dan gulma-gulma berkayu seperti : Melastoma malabathricum, Lantana camara, Turnera subulate, Urena lobata, Ficus spp. dan Kentosa atau semaian liar kelapa sawit.

Pengendalian gulma harus dilakukan secara komprehensif dengan menggabungkan pengendalian manual seperti pembabatan dan pembongkaran rimpang, serta melakukan pengendalian menggunakan herbisida agar dapat menekan pertumbuhan gulma hingga ke perakarannya.

Dalam prinsip pertanian berkelanjutan yang perlu diperhatikan dalam pengendalian gulma adalah melakukan pengendalian sesuai dengan kebutuhan, artinya tidak perlu melakukan pembersihan gulma hingga seluruh areal blok tanam. Fokus pengendalian gulma adalah pada piringan dan kanopi tanaman kelapa sawit, pasar pikul dan TPH untuk mempermudah akses pengangkutan buah.

Gulma sebaiknya dikendalikan hingga ambang batas yang aman. Keberadaan beberapa jenis gulma dalam jumlah terkendali sebenarnya dapat membantu dalam menahan laju erosi, sebagai sumber bahan organik dan menjaga cadangan air tanah, serta beberapa gulma juga berperan sebagai beneficial plant yang menjadi habitat bagi predator atau parasitoid untuk hama perkebunan kelapa sawit.

Sulung Research Station sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., Citra Borneo Indah Group menyediakan berbagai layanan konsultasi agronomi, rekomendasi pemupukan, penanganan masalah perkebunan, dan berbagai jasa lainnya untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

 

Share