Selain hama ulat api yang menjadi hama penting di perkebunan kelapa sawit, terdapat hama ulat kantung dan ulat bulu yang menjadi organisme pengganggu dan mampu menurunkan produksi kelapa sawit. Ulat kantung merupakan hama polifag artinya hama tersebut memakan semua tanaman, namun dalam kasus di lapangan ulat kantung menyebabkan kerugian pada tanaman kelapa sawit. Dalam siklus kehidupannya, ulat kantung akan berkembang lebih banyak jika tanaman yang dijadikan sebagai inangnya mengandung nitrogen yang tinggi, karena mampu memberikan nutrisi pada ulat kantung itu sendiri (Saragi dan Afrianti, 2021). Bahkan ulat kantung yang masih dalam kondsi larva saja mampu mengakibatkan kerusakan pada daun yaitu lubang-lubang kecil berukuran 6 cm hingga akhirnya mengering dan mengganggu fotosintetis. Berikut jenis ulat kantung yang sering ditemukan pada areal perkebunan kelapa sawit :
Mahasena corbetti
M. corbetti menyerang daun pada semua tingkat umur tanaman. Larva M. corbetti hidup di dalam kantong yang terbuat dari potongan dedaunan dijalin dengan benang-benang sutra dari air liurnya. Panjang larva M. corbetti dapat mencapai 30 mm dan berwarna cokelat kemerahan. Larva muda M. corbetti berada di permukaan atas daun, selanjutnya merambat ke permukaan bawah daun. Serangan biasanya pada daun-daun bagian atas. Serangan yang dilakukan oleh M. corbetti pada daun dapat bersifat individu atau mengelompok. Larva muda M. corbetti makan jaringan epidermis daun, selanjutnya memakan keseluruhan anak daun mulai dari ujung daun-daun bawah Serangan yang berat menyebabkan tanaman melidi.
Metisa plana
M. plana merupakan salah satu jenis ulat kantung yang cukup sering dijumpai di tanaman kelapa sawit. Ukuran lebih kecil dibandingkan Mahasena corbetti. Larva M. plana berukuran 12 mm (panjang). Larva M. plana berwarna cokelat kemerahan, hidup dalam kantong yang panjangnya 15-17 mm. Kantong terkait dan menggantung pada permukaan bawah daun. Serangan hama M. plana ditandai dengan bentuk daun secara visual terlihat lubang-lubang merupakan ciri khas serangan satu jenis ulat kantung ini. Sama halnya dengan serangan M. corbetti, serangan M. plana menyebabkan daun berlubang dan akhirnya mongering.
Ulat bulu secara umum memakan dedaunan dari berbagai jenis tanaman. Namun, dalam kasus lapangan serangan ulat bulu hampir sama dengan ulat api yang hanya menyisakan lidi pada pelepah tanaman kelapa sawit. Kondisi tersebut mengakibtakan laju fotosintesis terhambat, dikarenakan tidak adalagi proses pembentukan makanan pada daun yang akan diubah menjadi energi pada tanaman dalam membantu proses pembungaan dan pembuahan pada tanaman kelapa sawit. Untuk lebih memahami karakteristik dari ulat bulu berikut jenis ulat bulu yang sering ditemui pada areal perkebunan kelapa sawit.
Calliteara horsfieldii
C. horsfieldii merupakan salah satu species ulat bulu yang memiliki 4 pasang bulu panjang dipunggung bewarna kuning pucat, panjangnya bias 50 mm. C. horsfieldii ini sering ditemukan di daun pada tanaman dewasa yang biasanya tingkat populasi kritis 5-10 ulat/pelepah. Keberlangsungan hidup ulat C. horsfieldii terjadi dalam 45 hari mulai dari telur : 8 hari, ulat 28 hari, kepompong : 9 hari. Keberadaan ulat tersebut pada umumnya berada pada pelepah ke-25 dan serangan yang diakibatkan ulat muda mampu mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit, serta meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat seperti jendela-jendela memanjang pada helaian daun.
Dasychira inclusa
D. inclusa merupakan jenis ulat bulu yang memiliki ciri fisik diantaranya berbulu banyak, berwarna kelabu-merah kecoklatan. Pada punggung terdapat 4 rumpun bulu halus yang sangat rapat, dekat kepala 2 rumpun bulu panjang menghadap kedepan. Ulat memakan daun pada malam hari dan siang hari bersembunyi pada pangkal pelepah atau pada lipatan daun muda yang belum membuka sempurna Tingkat populasi kritis 5 – 10 ulat/pelepah. Siklus hidupnya 51 – 57 hari dengan tahapan ; telur 8 – 9 hari, ulat 35- 40 hari, kepompong 8 hari.
Setelah mengenal dan mengetahui beberapa jenis hama ulat kantung dan ulat bulu yang sering ditemukan pada perkebunan kelapa sawit, selanjutnya praktisi perkebunan kelapa sawit harus mengetahui cara pengendalian hama tersebut. Perlu diketahui bahwa pengendalian hama ulat kantung dan ulat bulu dapat dilakukan dengan penggunaan bahan kimia berupa insektisida (Asefat 75%), yang hanya digunakan ketika tingkat serangan hama ulat kantung dan ulat bulu melebihi ambang batas ekonomi. Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan secara biologis seperti pemanfaatan parasitoid Trichogramma sp., Xanthopimpla sp., Pedioubius sp., serta predator Sycanus sp (Kementan, 2021).
SRS juga berperan untuk melakukan pengendalian hama ulat kantung dan ulat bulu dengan pemanfaatan musuh alami salah satunya Sycanus sp. dan dilakukan pengutipan hama secara manual jika tingkat serangan hama masih bisa diatasi. SRS hingga saat ini terus melakukan pengembangan dan riset terkait pegendalian hama ulat kantung dan ulat bulu di areal lahan perkebunanan kelapa sawit milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.