Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim, kondisi tanah, bahan tanam, serta organisme pegganggu tanaman. Pada kondisi dilapangan, tidak bisa dipungkiri jika daun dan pelepah kelapa sawit mengalami gangguan yang menyebabkan kondisi daun tidak dalam kondisi optimal. Gangguan tersebut dikarenakan adanya serangan organisme pengganggu daun kelapa sawit yaitu hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Salah satu hama UPDKS yang kerap ditemui di perkebunan kelapa sawit yaitu ulat api.
Ulat api merupakan salah satu hama yang sangat sering ditemukan di areal lahan perkebunan kelapa sawit bahkan tingkat serangannya menyebabkan kerugian. Kerugian yang diakibatkan oleh ulat api menyebabkan tanaman kehilangan daun (defoliasi) yang berdampak pada proses fotosintesis (Ardi et al. 2018), dan akan berpengaruh pada proses pembentukan bunga dan buah. Dalam satu luasan daun kelapa sawit, satu ekor hama ulat api mampu mengkonsumsi daunĀ 300-500 cm2, sementara populasi kritis hama tersebut per pelepah 5-10 ekor. Jika kondisi tersebut tidak segera dikendalikan akan menyebabkan penurunan produksi hingga 70% dalam satu kali serangan. Ditinjau dari sisi perkembangbiakannya, ulat api api memiliki tingkat sex ratio dan produksi telur cukup tinggi, tidak adanya kompetisi untuk bertahan hidup, serta daya adaptasi lebih tinggi. Untuk lebih mengenal hama ulat api berikut dijelaskan berbagai jenis ulat api yang sering ditemukan pada perkebunan kelapa sawit diantaranya:
Seatothosea asigna
S. asigna adalah jenis hama utama pada perkebunan kelapa sawit, bentuk tubuhnya yang mencolok berwarna hijau dengan motif cokelat dan titik titik putih serta dilengkapi dengan bulu bulu disekitar tubuhnya menjadi ciri-ciri yang mudah untuk membedakan S. asigna dengan jenis ulat lain. S.asigna memiliki siklus hidup selama kurang lebih 91-116 hari untuk menyelesaikan fase hidupnya. Larva S. asigna memakan bagian epidermis daun dalam satu helaian sehingga tampak transparan. Serangan S. asigna akan menyebar dan memakan helaian daun lainnya. Populasi yang tinggi dapat menyebabkan tanaman melidi.
Setora nitens
S. nitens merupakan salah satu jenis ulat api yang bentuk tubuhnya tidak berbeda jauh dengan S. asigna. Namun, memilik ciri khas sepasang duri pada bagaian dorsal larva S. nitens Satu siklus hidup hama ini berlangsung selama 64-76 hari. Serangan larva S. nitens biasanya diawali dengan serangan pada bagian pelepah, spesifiknya yaitu bagian spiral tengah atas. Larva kecil S. nitens akan memakan epidermis daun sehingga daun tampak transparan dan serangan berat akan menyebabkan daun melidi.
Darna trima
D. trima dominan berwarna coklat pada bagian dorsal dan kuning kehijauan pada sisi lateral. Larva D. trima berukuran 13-15mm (panjang). D. trima yang baru menetas berwarna abu-abu dengan dua bintik berwarna orange pada bagian dorsal, kemudian berubah warna menjadi cokelat seiring dengan bertambahnya ukuran tubuh dan umur larva. Pupa berwarna cokelat cerah berdiameter 5-6mm dan berada di pelepah. Imago berwarna cokelat gelap dengan jangkauan sayap 18 mm (Kalshoven, 1981).
Setelah mengenal dan mengetahui beberapa jenis hama ulat api yang sering ditemukan pada perkebunan kelapa sawit, selanjutnya praktisi perkebunan kelapa sawit harus mengetahui cara pengendalian hama tersebut. Pengendalian hama ulat api dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung tingkat serangan yang terjadi di lapangan. Sulung Research Station (SRS) sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., melakukan pengendalian hama ulat api dengan bebeberapa cara. Apabila tingkat serangan hama ulat api melebihi batas ambang ekonomi, pengendalian dapat dilakukan secara kimia dengan pengaplikasian pestisida yang sesuai dengan dosis, waktu, dan metode yang sesuai anjuran. Selain itu, pengendalian hama ulat api dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami predator hama UPDKS seperti Sycanus dichotomus dan Euconthecona furceIIata. Sehingga, sangat penting untuk melakukan penanaman beneficial plant disekitar areal perkebunan kelapa sawit. Sebagai lembaga peneliti, SRS juga berperan untuk melakukan pengendalian hama ulat api yang ramah lingkungan seperti memanfaatkan biopestisida yang dalam kandungannya terdapat jamur atau virus site spesifik atau berasal dari lingkungan perkebunan milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.