Mengenal Bakteri Perakaran Rhizobium dan Manfaatnya bagi Tanaman Kelapa Sawit

Rhizobium atau bakteri perakaran telah banyak dikembangkan dalam kegiatan pertanian sebagai mikroorganisme yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Rhizobium diketahui mampu bersimbiosis dengan perakaran tanaman, terlebih pada tanaman kacang-kacangan. Rhizobium mampu meningkatkan ketersedian nitrogen pada tanah, oleh sebab itu tanaman kacang-kacangan banyak dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah atau cover crop pada perkebunan kelapa sawit.

Lalu bagaimana kemampuan Rhizobium dalam meningkatkan kesuburan tanah ?

Kemampuan Rhizobium dan tanaman inangnya dalam menambat Nitrogen bisa mencapai 380 kg N/ha (Peoples et al. 1995). Pada kasus di Amerika, sekitar 2 juta ton/ha/tahun nitrogen dapat diikat oleh bakteri pada tanaman. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, setiap kg Nitrogen yang difiksasi pada bintil akar setara dengan 2,22 kg pupuk urea (kadar N urea 45%) sehingga dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen sintetis (Husin, 2012).

Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara Nitrogen dalam jumlah yang banyak terutama pada awal pertumbuhan karena unsur hara Nitrogen berfungsi sebagai penyusun protein dan penyusun enzim. Sehingga, dengan adanya sumber Nitrogen yang murah dan ramah lingkungan akan sangat membantu mengurangi biaya produksi terutama pada para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit. Sebaliknya, jika unsur nitrogen yang terdapat dalam tanah mengalami kekurangan, maka pertumbuhan dan produksi tanaman akan terganggu.

Sulung Research Station (SRS) sebagai lembaga penelitian milik PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk (PT SSMS) telah melakukan inovasi terkait pemanfaatan bakteri Rhizobium yang dilakukan pada pembibitan tanaman kelapa sawit. Bakteri Rhizobium memiliki karakteristik diantaranya secara fisik terdapat koloni yang berbentuk bulat dengan tepi keseluruhan utuh (circular), berwarna putih tidak tembus cahaya, berkilau dan menonjol. Secara mikroskopis Rhizobium berbentuk batang (panjang 1,2 – 3,0 µm dengan lebar 0,5-0,9µm) dan tidak berspora.

Adapun mekanisme bakteri Rhizobium  yang bersimbiosis dengan tanaman inangnya akan membentuk bintil akar (leghemoglobin), dimana bintil akar tersebut berperan sebagai tempat absorpsi dan reduksi Nitrogen, pembawa elektron khusus untuk memfiksasi Nitrogen, mengatur pasokan oksigen dan melindungi nitrogenase yang peka terhadap oksigen, mempertahan oksigen agar tetap optimal sebagai pembentukan ATP dalam bakteroid dan didalam bakteroid terjadi aktivitas enzim nitrogenase (SRS, 2022)

Dalam mengifeksi akar tanaman, bakteri Rhizobium akan menginfeksi akar dan rambut akar akan megeluarkan flavonoid yang berasal dari eksudat bahan organik. Flavonoid berperan dalam menginduksi produksi ipochitooligosakarida atau node faktor. Selanjutnya, akan terjadi komunikasi signal antar mikroba tanah membentuk Cuorum sensing Rhizobium di rhizosfer dan rambut akar mengkriting dan mengalami deformasi (perubahan bentuk) dan akhirnya Rhizobium masuk ke dalam jaringan akar.

Hingga saat ini, SRS terus melakukan pengembangan terkait pemanfaatan bakteri Rhizobium dalam peningkatan unsur hara Nitrogen secara alami dan berkelanjutan terutama pada komoditas tanaman kelapa sawit. Tidak hanya pengembangan bakteri Rhizobium, SRS juga terus akan melakukan inovasi dengan menformulasikan mikroorganisme lokal yang berasal dari tanah areal perkebunan kelapa sawit PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk.

Sulung Research Station menyediakan layanan jasa konsultasi agronomi, bantuan teknis dan analisa laboratorium untuk meningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit. Informasi lebih lanjut dapat mengunjungi website srs.ssms.com dan juga media sosial SRS seperti Instagram, Facebook, Linkedln, dan Youtube.

Share