Kegiatan pemupukan adalah kegiatan yang tidak dapat terlepas dari kegiatan pengelolaan perkebunan kelapa sawit, peran pupuk sangat besar dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh dan produksi secara maksimal. Jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam mendukung tanaman kelapa sawit dapat terhitung dalam jumlah yang cukup banyak, melihat tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang diharapkan dapat terus berproduksi sepanjang tahun, maka tidak heran apabila biaya pengelolaan kebun banyak digunakan untuk memenuhi ketersediaan pupuk. Tetapi dalam beberapa kasus lapangan, pengaplikasian pupuk yang telah intensif ternyata belum cukup untuk membuat produktivitas tanaman kelapa sawit menjadi lebih optimal. Hal tersebut dikarenakan masih banyak pengelola perkebunan belum mengetahui kondisi dari tanaman dan lahan perkebunan yang dikelolanya, karena kegiatan pemupukan tidak semata memberikan “makanan” untuk tanaman, tetapi penting untuk mengetahui makanan apa yang sebenarnya dibutuhkan tanaman.
Melihat kasus tersebut, maka rekomendasi pemupukan adalah salah satu pilihan yang dapat diambil oleh pengelola perkebunan, melalui rekomendasi pemupukan maka pengelola perkebunan dapat menyusun jadwal, dosis, jenis dan kuantitas pupuk yang sebaiknya di aplikasikan ke tanaman, sehingga nutrisi yang diberikan kepada tanaman dalam satu periode seimbang dan efektif, tidak terjadi pemborosan pupuk atau nutrisi, karena prinsipnya tanaman hanya akan menyerap nutrisi yang dibutuhkannya, sehingga pemberian pupuk yang berlebihan dan tidak berimbang hanya bersifat sia-sia karena nutrisi tidak akan terserap oleh tanaman dan terdegradasi dengan sendirinya.
Dalam banyak kasus dilapangan, khususnya kebun masyarakat, penyusunan rekomendasi pemupukan masih berpedoman pada buku panduan dari produsen bibit yang digunakan, hal tersebut tidaklah salah, tetapi rekomendasi pemupukan dalam buku panduan bibit disusun berdasarkan kondisi ideal, sehingga belum dapat menggambarkan kondisi sebenarnya dari tanaman dan lahan areal penanaman. Maka dari itu penting untuk pengelola perkebunan kelapa sawit untuk melakukan pengambilan sampel daun dari tanaman di areal perkebunan atau yang biasa disebut Leaf Sampling Unit (LSU).
Leaf Sampling Unit (LSU) merupakan kegiatan pengambilan sampel daun pada masing-masing blok untuk mendiagnosa nilai nutrisi yang ada pada tanaman kelapa sawit dan untuk mengetahui jenis dan dosis pupuk yang tepat. Analisis LSU dilakukan untuk mengetahui kebutuhan hara daun yang cukup pada tanaman. Hasil analisis LSU tersebut yang menjadi dasar dalam penyusunan pemupukan, sehingga rekomendasi pemupukan disusun berdasarkan kebutuhan dari tanaman tersebut.
Kegiatan LSU penting untuk dilakukan setiap setahun sekali, dengan mengambil pelepah ke-17 dan daun ke-58 dihitung dari pangkal pelepah. Selain itu, terdapat kriteria pohon yang dapat dijadikan sebagai sampel untuk pengambilan sampel LSU ialah tanaman bukan merupakan pohon sisipan, pertumbuhan pohon normal dan tidak berbatasan dengan jalan atau parit/sungai, tidak terserang hama dan penyakit dan tidak berdampingan dengan pohon sisipan.
Sulung Research Station (SRS) sebagai lembaga peneliti milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, menyediakan jasa rekomendasi pemupukan melalui analisis LSU. SRS juga memberikan serangkaian pelayanan dalam menentukan jenis dan dosis pupuk yang optimal bagi tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM), serta melakukan pengamatan visual terhadap kondisi kesehatan tanaman dengan melakukan pemeriksaan kondisi areal perkebunan kelapa sawit.