Ketersediaan Hara Fosfor bagi Tanaman Kelapa Sawit

Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro esensial yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit. Unsur ini berperan dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia, termasuk pembentukan energi (ATP), pengembangan sistem perakaran, pembentukan bunga dan buah, serta membantu efisiensi penyerapan hara lainnya. Dalam budidaya kelapa sawit, fosfor sangat dibutuhkan terutama pada fase awal pertumbuhan karena dapat merangsang perkembangan akar yang sehat dan luas, yang selanjutnya meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap air dan unsur hara dari tanah. Selain itu, pada fase produksi, fosfor berperan penting dalam pembentukan tandan buah dan meningkatkan kandungan minyak sawit.

Namun demikian, meskipun fosfor tersedia secara alami di dalam tanah, sebagian besar keberadaannya berada dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini terutama terjadi pada tanah-tanah tropis yang bersifat masam dan memiliki kandungan aluminium (Al) serta besi (Fe) yang tinggi, di mana fosfor cenderung terikat dan membentuk senyawa yang tidak larut. Faktor-faktor seperti pH tanah, kandungan bahan organik, dan jenis tanah sangat memengaruhi ketersediaan fosfor. Fosfor paling tersedia bagi tanaman pada pH netral sekitar 5,5 hingga 7,0. Pada tanah yang terlalu asam atau terlalu basa, fosfor akan terikat dan tidak bisa diserap tanaman. Bahan organik juga berperan dalam meningkatkan ketersediaan fosfor dengan cara membentuk senyawa kompleks yang lebih mudah larut.

Untuk mengatasi rendahnya ketersediaan fosfor, praktisi perkebunan kelapa sawit dapat menerapkan beberapa strategi, di antaranya adalah pemupukan menggunakan sumber fosfor seperti TSP, atau rock phosphate. Pengaplikasian pupuk ini harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan tanaman agar efisien. Selain itu, pengapuran tanah dengan bahan seperti dolomit atau kalsit juga penting untuk menaikkan pH tanah agar fosfor tidak terikat oleh aluminium dan besi. Menurut Dewi et al., (2017) pemanfaatan agensi hayati seperti jamur mikoriza arbuskular (AMF) juga terbukti mampu meningkatkan penyerapan fosfor oleh akar tanaman. Di sisi lain, penambahan bahan organik seperti kompos, pupuk kandang, atau tandan kosong kelapa sawit dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas mikroba, dan membantu pelepasan fosfor secara bertahap.

Pada akhirnya, melalui kombinasi pemupukan yang tepat, pengelolaan pH tanah, pemanfaatan mikroorganisme tanah, serta penambahan bahan organik, efisiensi penggunaan fosfor dapat ditingkatkan untuk mendukung budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan dan produktif.

Sulung Research Station menyediakan layanan konsultasi dan pendampingan agronomi, pengendalian hama penyakit terpadu, penyusunan rekomendasi pemupukan, hingga jasa laboratorium untuk dapat meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.