Biofertilizer dan Prospek Pengembangannya di Perkebunan Kelapa Sawit

Biofertilzer Kelapa Sawit – Penggunaan pupuk kimia dalam industri perkebunan kelapa sawit secara terus menerus dapat merusak kesimbangan hara di dalam tanah. Selain itu, tingginya penggunaan pupuk kimia dalam waktu yang lama akan mengakibatkan degradasi lahan baik secara fisik, kimia dan biologi.

Penggunaan bahan-bahan kimia mendorong berkembangnya produk-produk alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti pupuk hayati (biofertilizer). Biofertelizer merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. (Simanungkalit R.D.M, et.al., 2006).

Biofertilizer bermanfaat dalam memperkaya tanah dengan kandungan mikroorganisme yang menghasilkan unsur hara tanah dan membantu memerangi penyakit. Tiga unsur hara yang penting, Nitrogen (N), Fosfat (P) dan Kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah.

Mikroba penambat N ini ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik yang sudah ditemukan dari isolasi sampel tanah yang terdapat di perkebunan Citra Borneo Indah Group yaitu Rhizobium sp. yang hidup dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose).

Mikroba tanah lain yang berperan didalam penyediaan unsur hara P dan K tanaman adalah Mikroba Pelarut Fosfat. Peranan mikroba pelarut fosfat ini akan melepaskan ikatan P dari tanah contohnya tanah yang lama diberi pupuk superfosfat umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (Saraswanti et.al., 2007). Namun hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral tanah liat yang sukar larut.

Peranan mikroba inilah yang akan melepaskan ikatan P dari mineral tanah liat dan menyediakannya bagi tanaman. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi melarutkan K. Pada jenis-jenis tertentu mikroba ini dapat memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan zat pengatur tumbuh, menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik (Elfiati, 2019)

Biofertilizer sangat prospektif untuk mensupport kebutuhan internal dan komersial karena dapat menyuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman sehingga dapat disebut sebagai soil conditioner.

Sejalan dengan timbulnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan kebutuhan akan bahan makanan yang relatif lebih sehat, maka penggunaan pupuk hayati (yang berbahan aktif mikroba yang menguntungkan) menjadi semakin berkembang  pesat.

biofertilizer atau pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang layak dipertimbangkan dan menjadi solusi bagi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.