Salah satu masalah kesehatan tanaman kelapa sawit yang sering ditemui di lapangan adalah bercak merah pada daun. Gejala ini umumnya terlihat pada pelepah ke-17 hingga ke-25, ditandai dengan bercak berwarna kemerahan yang mencolok di permukaan daun. Penyebab utamanya adalah serangan alga parasit Cephaleuros virescens, organisme yang juga dikenal sebagai penyebab penyakit karat daun.
Menurut berbagai penelitian, termasuk Susanto dan Sudharto (2002), keberadaan alga ini dapat mengganggu fungsi daun secara signifikan. Pada tingkat serangan berat, bercak merah mampu menurunkan kapasitas fotosintesis daun, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas tandan buah segar (TBS). Hal ini diperkuat oleh Bassanezi et al. (2001) serta Macioszek et al. (2019), yang menegaskan bahwa infeksi pada jaringan daun dapat memperlambat pertumbuhan serta mengurangi potensi hasil tanaman.
Hasil pengamatan mikroskopis dengan perbesaran 100x menunjukkan ciri khas infeksi Cephaleuros virescens, yaitu koloni berbentuk cabang-cabang filamen yang tumbuh di bawah kutikula daun dan menembus lapisan epidermis dekat permukaan. Penelitian lapangan juga menemukan bahwa olesan serbuk bercak merah yang dilarutkan dengan air dapat menularkan penyakit ini ke tanaman sehat, sehingga penyebarannya perlu mendapat perhatian serius.
Dalam upaya pengendalian, fungisida berbahan aktif tembaga terbukti efektif meminimalisir perkembangan penyakit ini. Meski begitu, pendekatan pengendalian terpadu tetap diperlukan agar lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sulung Research Station (SRS) turut menaruh perhatian besar terhadap masalah karat daun ini.
Penyakit karat daun memang sering dianggap sepele karena tidak langsung menyerang buah. Namun, jika dibiarkan, dampaknya dapat merugikan dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, deteksi dini, penerapan teknologi pengendalian, serta dukungan riset berkelanjutan menjadi kunci dalam melindungi perkebunan kelapa sawit dari ancaman tersembunyi ini.
Sulung Research Station menyediakan layanan konsultasi dan pendampingan agronomi, pengendalian hama penyakit terpadu, penyusunan rekomendasi pemupukan, hingga jasa laboratorium untuk dapat meningkatkan produktifitas perkebunan kelapa sawit untuk seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.