Patah Pelepah – Fotosintesis merupakan aktivitas tanaman yang memiliki peran besar dalam keberlangsungan hidup tanaman, fotosintesis menjadi faktor utama yang mendukung ketersediaan energi untuk tanaman agar dapat terus hidup dan menjalankan seluruh metabolisme di dalam tubuhnya. Daun menjadi organ vital yang sangat penting, perannya sebagai tempat terjadinya fotosintesis akan menjadi faktor yang memberi pengaruh besar dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dalam perkebunan kelapa sawit, daun atau lebih tepatnya pelepah kelapa sawit menjadi komponen tanaman yang selalu menjadi perhatian dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Jumlah pelepah pada tanaman selalu diusahakan pada jumlah yang efisien untuk mendukung pertumbuhan tanaman sesuai usia tanaman, sehingga daun dapat mensuplai hasil fotosintesis secara maksimal untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sama halnya pada organ tanaman lainnya, pelepah kelapa sawit tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit atau gangguan faktor biotik dan abiotik yang menyebabkan pelepah tidak dapat tumbuh dengan sempurna. Salah satu kendala yang sering terjadi adalah patah pangkal pelepah atau patah pelepah kelapa sawit.
Pada kasus patah pelepah dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti iklim dan curah hujan. Kondisi curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman akan mengalami cekaman kelebihan air, sedangkan curah hujan yang rendah akan menyebabakan cekaman kekeringan, kedua kondisi ini akan menghambat pertumbuhan kelapa sawit.
Cekaman kekeringan berpengaruh pada proses fisiologis dan biokimia tanaman. Penelitian oleh Mathius et al.(2001) menjelaskan bahwa cekaman kekeringan menurunkan kadar air tanah sebagai media tumbuh tanaman, menghambat pembukaan pelepah daun muda, pelepah daun terkulai dan mengalami patah pupus atau patah pelepah (sengkleh). Apabila kondisi tersebut tidak segera ditindak lanjuti produksi kelapa sawit akan mengalami penurunan sekitar 54 – 65% (Balitbang Pertanian 2011; Evizal et al.,2021).
Sulung Research Station (SRS) sebagai lembaga penelitian milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., melakukan kajian untuk menganalisis penyebab terjadinya patah pelepah kelapa sawit sejak tahun 2014. Hasil analisis yang dilakukan oleh SRS, diketahui bahwa patah pelepah yang terjadi di areal lahan perkebunan kelapa sawit disebabkan karena water deficit artinya ketersediaan air tanah mengalami penurunan yang diakibatkan cekaman kekeringan dan kondisi ini berpengaruh pada metabolisme tanaman. Sehingga salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan tanaman kelapa sawit mengurangi kehilangan air yaitu mematahkan pelepah. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Darlan et al (2016) melaporkan bahwa dampak cekaman kekeringan terhadap performa tanaman kelapa sawit menunjukkan kondisi tanaman kelapa sawit mengalami patah pelepah.
Selain faktor iklim, faktor nutrisi juga harus diperhatikan dalam menangani kasus patah pelepah. Menurut Wirianata et al (2017), dosis pupuk N, P, dan B berpengaruh terhadap terjadinya patah pelepah. Peningkatan N dapat meningkatkan kerentanan terjadinya patah pelepah, sementara pupuk P dan B akan mengurangi kerentanan terhadap terjadinya patah pelepah. Selain itu, faktor drainase dan keseimbangan hara harus diperhatikan dalam upaya penanganan patah pelepah dan kemungkinan-kemungkinan terjadi serangan penyakit akibat luka dan pembusukan pelepah juga harus diperhatikan.
Hingga saat ini, SRS terus melakukan pengembangan penelitian dan kajian lebih dalam terhadap kejadian patah pelepah pada tanaman kelapa sawit. Selain itu, SRS juga menyediakan jasa layanan konsultasi terkait budidaya dan kultur teknis bagi seluruh pelaku industri perkebunan kelapa sawit.