Agensia Hayati : Pengendali Hama Penyakit Ramah Lingkungan

Salah satu kendala dalam budidaya kelapa sawit adalah adanya serangan hama penyakit. Cara yang sering dilakukan dalam pengendalian hama penyakit tersebut yaitu menggunakan insektisida Kimia dengan daya bunuh cepat dan berspektrum luas. Pengendalian dengan insektisida kimiawi memang akan memberikan dampak positif dengan matinya hama penyakit sasaran, namun menimbulkan dampak negative juga seperti resistensi, resurgensi dan kemungkinan ledakan hama kedua.

Selain itu, dapat juga mengganggu kesehatan manusia dan keseimbangan lingkungan yang disebabkan oleh residu yang tinggi pada komponen produksi dan ekosistem. Untuk mengurangi biaya pemakaian insektisida kimiawi dan menjaga kelestarian lingkungan maka perlu dilakukan pengendalian secara Hayati.

Konsep pengendalian hama yang diterapkan oleh PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk adalah pengendalian hama terpadu (PHT) atau integrated pest management (IPM). Konsep ini sesuai dengan prinsip dan kriteria RSPO pada poin 4.5 dimana hama, penyakit, gulma dan spesies baru yang agresif dikelola secara secara efektif menggunakan teknik PHT secara tepat. Selain itu, dalam praktiknya PT SSMS Tbk. memprioritaskan penggunaan pengendalian Hayati karena memiliki sifat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan agensia hayati dari hama atau penyakit kelapa sawit.

Sulung Research Station (SRS) sebagai lembaga penelitian PT SSMS Tbk., telah mengembangkan agensia Hayati sejak tahun 2009. Beberapa agensia Hayati yang dikembangkan yaitu Cordyceps militaris sebagai pengendali hama ulat pemakan daun kelapa sawit serta Metarhizium anisopliae sebagai pengendali hama kumbang tanduk.

Pengembangan agensia Hayati seperti Cordyceps dan Metarhizium sebagai pengendali hama memiliki potensi dan prospek baik karena bersifat spesifik inang sehingga tidak berbahaya bagi manusia, musuh alami maupun lingkungan. Biaya pengendalian dapat ditekan karena agensia Hayati dapat diperbanyak sendiri oleh SRS. Selain itu, residu dan akumulasi senyawa toksis yang berpotensi untuk mencemari lingkungan sangat rendah karena agensia Hayati bersifat musah terurai.

Pada tahun 2020, SRS telah memproduksi dan mengaplikasikan agensia Hayati sebanyak 10 ton dengan rata-rata kerapatan spora 3 x 107 cfu/gram.  

Agensia Hayati sangat berperan penting dalam proses menuju kondisi agro-ekosistem Perkebunan kelapa sawit yang stabil. Peran tersebut ditunjukkan oleh kemampuan agensia Hayati dalam menekan populasi hama sasaran di atas ambang ekonomi hingga di bawah ambang ekonomi dan meregulasi populasi hama tetap berada di bawah ambang ekonomi.